Polri Enggan Tangkap Steven Karena TKP di Singapura
www.posliputan.com - Kepolisian mengatakan masih melakukan penyelidikan terhadap kasus penghinaan yang dilakukan Steven Hadisurya Sulistyo terhadap Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Muhammad Zainul Majdi. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo YuwonoArgo, kepolisian belum bisa menangkap Steven lantaran kejadian penghinaan itu terjadi di luar negeri.
“Itu kan kejadiannya di Singapura. Nanti kita lihat dulu locusnya bisa diproses di sana atau di sini. Karena Tempat Kejadian Perkaranya (TKP) nya kan di Bandara Changi,” ujar Argo Yuwono, di Mapolda Metro Jaya, Kebayoran Baru, Kamis (20/4).
Sebelumnya Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) dan Nahdlatul Wathan DKI Jakarta telah melaporkan Steven ke kepolisian. Surat laporan juga telah dikeluarkan oleh kepolisian Selasa (17/4) dengan nomor bukti lapor LP/1906/IV/2017/PMJ/ Ditreskrimum.
Dalam surat tersebut dituliskan tempat kejadian berada di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang. Meskipun begitu, di Surat Permohonan Maaf yang ditandatangani Steven Ahad (9/4), dituliskan dirinya melakukan penghinaan terhadap Zainul Majdi atau yang akrab dipanggil Tuan Guru Bajang (TGB) itu di Bandara Changi, Singapura.
Kejadian penghinaan yang dilakukan Steven terhadap TGB terjadi Ahad (9/4) lalu, pukul 14.30 waktu Singapore. Saat itu TGB sedang mengantre di counter check in Bandara Changi, Singapura. Ia keluar dari antrean untuk sejenak melihat jadwal penerbangan dan beberapa saat kemudian kembali ke barisan.
Tiba-tiba dari arah belakang TGB, Steven marah kepadanya karena merasa diselak dan melontarkan kata-kata bernada sara dan kebencian. Ketika pesawat mendarat di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, TGB langsung melaporkan Steven ke kepolisian bandara.
TGB sendiri disebut telah memaafkan ulah Steven tersebut. Meskipun begitu, pihak NW masih akan terus menindaklanjuti kasus ini agar kejadian seperti ini tidak kembali terulang.
Persoalan locus delicti yang diajukan oleh Polri masih debatable harusnya itu nanti dibuktikan di persidangan, tugas utama Polri adalah menindaklanjuti laporan dari masyarakat apalagi kasus ini cukup meresahkan dan berpotensi memprovokasi situasi yang selama ini sudah rukun dan terjaga.
Ketika Polri menetapkan tersangka makar kepada beberapa aktivis islam Polri beralasan mereka mengucapkan ganyang china namun sekarang ketika ada warga keturunan china yang mengucapkan perkataan menghina warga indonesia asli dengan sebutan tikus kotor mengapa Polri masih belum bergerak. [sph]
[...]Setalah membaca, bantu kami menyukai FP Pos Liputan :)
Post a Comment